Perbedaan Qada dan Qadar - Jika Anda bertanya mengenai Perbedaan Qada dan Qadar, simak ulasan berikut. Sebagai Muslim atau muslimah, Anda tentu sudah terbiasa mendengar Qada dan Qadar. Di dalam Islam, Qada dan Qadar merupakan hal yang harus diyakini atau dipercaya oleh umat Muslim. Qada dan Qadar ini termasuk sebagai salah satu rukun iman yang merupakan ketentuan Allah SWT. Pada dasarnya, ada banyak pendapat yang mengungkapkan mengenai perbedaan antara Qada dan Qadar. Salah satu ulama berpendapat bahwa tidak ada perbedaan antara Qada dan Qadar. Ada juga yang berpendapat bahwa terdapat perbedaan di antara kedua kata tersebut.
Qada dan qadar merupakan salah satu ketentuan Allah yang termasuk ke dalam rukun iman. Beriman kepada qada dan qadar berarti kita harus meyakini dan percaya bahwa qada dan qadar adalah benar adanya dan datang dari Allah. Yakinlah bahwa ketentuan Allah atas manusia adalah yang terbaik.
Qada berarti penciptaan, menjelaskan. Allah berfirman dalam Al-qur’an surat Al-Fuhshilat ayat 12, “Maka Dia menjadikannya tujuh langit…”. Berdasarkan ayat ini, qada dapat diartikan sebagai perbuatan atau kehendak Allah dalam menciptakan dan menjadikan segala sesuatu di dunia berjalan sesuai ketentuan yang telah ditetapkan-Nya. Dalam beberapa buku, qada kadang dijabarkan menjadi dua, yaitu qada muallaq dan qada mubram. Qada muallaq berarti kehendak Allah yang masih dapat diubah sesuai usaha kita sebagai manusia. Sedangkan qada mubram adalah kehendak Allah yang tidak dapat diubah-ubah lagi sekeras apapun kita berusaha.
Qadar berarti ketentuan, peraturan. Qadar inilah yang sering kita sebut sebagai takdir. Qadar merupakan ilmu pengetahuan Allah tentang hamba-hamba-Nya. Segala hal yang telah, sedang, dan akan terjadi telah tertulis dalam kitab lauhul mahfuz sejak zaman sebelum manusia diciptakan hingga kiamat. Kitab lauhul mahfuz inilah yang menjadi suratan takdir seorang manusia, tentang kelahiran, perjalanan hidup, dan kematian tiap-tiap hamba-Nya. Penjelasan qadar ada di dalam firman Allah Q.S Al-Fuhshilat ayat 10, “… dan Dia tentukan makanan-makanan bagi (penghuni)nya dalam empat masa, memadai untuk mereka yang memerlukannya.”
Perbedaan Qada dan Qadar
Qadar merupakan takdir yang tidak dapat diubah-ubah lagi, sedangkan qada merupakan kehendak Allah dalam memenuhi takdir yang di tengah jalan masih bisa diubah.
Dalam firman Allah Q.S As-Shaffat ayat 96, “Allah menciptakan kalian dan Allah menciptakan perbuatan kalian.”
Ayat ini menunjukkan bahwa segala hal yang terjadi telah ditentukan Allah, bahkan hal yang kita lakukan sekalipun. Hal ini dikuatkan lagi dalam sebuah hadits,
“Sesungguhnya Allah pencipta setiap pelaku perbuatan dan perbuatannya.” (HR. Al Baihaqi)
Contoh qadar adalah tersapunya umat nabi Nuh oleh hujan 40 hari 40 malam yang mendatangkan banjir yang tak terelakkan.
Sedangkan qada merupakan kehendak Allah yang apabila Allah inginkan terjadi pada seseorang atau suatu umat, pasti terjadi. Meski ada hal-hal yang tak bisa diubah dari takdir kita, Allah memastikan bahwa dengan usaha dan tawakkal kita kepada-Nya, Dia akan memberi kita yang terbaik dari usaha kita itu. Semua dapat kita lihat pada firman Allah yang tak mungkin salah sebagai berikut:
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sehingga kaum itu mau mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (Q.S Ar-Ra’du: 34)
“Dan bahwasanya seseorang itu tidak memperoleh selain apa yang diusahakan. Dan bahwasanya usahanya itu kelak akan diperlihatkan kepadanya, kemudian akan diberi balasan yang paling sempurna.” (Q.S An-Najm: 39-40)
Ayat-ayat ini menjelaskan bahwa ada ketentuan yang bisa kita usahakan, bahwa dengan berusaha barulah kita bisa mencapai hal yang kita cita-citakan. Contohnya adalah rezeki. Apabila kita menghendaki untuk mendapat rezeki yang lebih banyak, maka kita harus berusaha bekerja dan mengusahakan sesuatu untuk mendapat tambahan rezeki.
Penjelasan arti secara bahasa bahwa qadar merupakan hukum atau ketentuan, sedangkan qada merupakan kehendak.
Qadar telah tertulis dalam kitab lauhul mahfuz dan kitab tersebut merupakan sesuatu yang takkan bisa diubah lagi ketentuan di dalamnya. Asal katanya dari qadara-qadaru-qadaran yang berarti akhir atau puncak dari segala sesuatu. Seperti yang dimaksud dalam katanya, qadar mencakup seluruh perbuatan dan kejadian sejak zaman azali hingga kiamat tiba.
Sedangkan qada secara bahasa masih dapat dimutlakkan menjadi mengandung makna qadar, namun masih berbeda, sehingga qada lebih tepat diartikan sebagai kehendak, kemauan, dan penciptaan.
Contoh perbedaan antara qada dan qadar adalah takdir yang menentukan apakah pada akhirnya nanti seseorang akan menjadi kaya atau tidak tak bisa diketahui, namun nantinya kita akan mengetahui juga. Tetapi kehendak Allah-lah yang menentukan pemberian rezeki itu kepada tiap orang sesuai usahanya masing-masing.
Ringkasan Perbedaan Qada dan Qadar
Para ulama’ berbeda pendapat tentang perbedaan antara kedua istilah tersebut. Sebagian mengatakan bahwa Qadar adalah kententaun Allah sejak zaman azali (zaman yang tak ada awalnya), sedangkan Qadha’ adalah ketetapan Allah terhadap sesuatu pada waktu terjadi.
Maka ketika Allah menetapkan sesuatu akan terjadi pada waktunya, ketentuan ini disebut Qadar. Kemudian ketika telah tiba waktu yang telah ditetapkan pada sesuatu tersebut, ketentuan tersebut disebut Qadha’. Masalah ini (Qadha’) banyak sekali disebut dalam Al-Qur’an, seperti firman Allah.
“Artinya : Sesuatu itu telah diqadha” [Yusuf : 41]
Dan firman-Nya.
“Artinya : Allah mengqadha’ dengan benar” [Ghafir : 20]
Dan ayat-ayat lain yang serupa. Maka Qadar adalah ketentuan Allah terhadap segala sesuatu sejak zaman azali, sedangkan Qadha’ merupakan pelaksanaan Qadar ketika terjadi. Sebagian Ulama’ mengatakan bahwa kedua istilah tersebut mempunyai satu makna.
Pendapat yang dianggap rajih (unggul/kuat) adalah bahwa kedua istilah tersebut bila dikumpulkan (Qadar-Qadha’), maka mempunyai makna berbeda, tapi bila dipisahkan antara satu dengan yang lain maka mempunyai makna yang sama. Wallahu ‘alam.
[Disalin kitab Al-Qadha’ wal Qadar edisi Indonesia Tanya Jawab Tentang Perbedaan Qadha dan Qadar, Penulis Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin’, terbitan Pustaka At-Tibyan, penerjemah Abu Idris]
0 Komentar